2.1
Pengertian pemerolehan bahasa
Ada dua pengertian mengenai pemerolehan bahasa. Pertama, pemerolehan
bahasa mempunyai permulaan yang mendadak, tiba-tiba. Kedua, pemerolehan bahasa
memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi
motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik.
Penelitian mengenai bahasa manusia telah menunjukkan banyak hal mengenai pemerolehan bahasa, mengenai apa yang dilakukan atau tidak dilakukan seorang anak ketika belajar atau memperoleh bahasa (Fromkin dan Rodman, 1998:318 (dalam, http://laillail.blogspot.com)).
Penelitian mengenai bahasa manusia telah menunjukkan banyak hal mengenai pemerolehan bahasa, mengenai apa yang dilakukan atau tidak dilakukan seorang anak ketika belajar atau memperoleh bahasa (Fromkin dan Rodman, 1998:318 (dalam, http://laillail.blogspot.com)).
1. Anak tidak belajar bahasa dengan
cara menyimpan semua kata dan kalimat dalam sebuah kamus mental raksasa. Daftar
kata-kata itu terbatas, tetapi tidak ada kamus yang bisa mencakup semua kalimat
yang tidak terbatas jumlahnya.
2. Anak-anak dapat belajar menyusun
kalimat, kebanyakan berupa kalimat yang belum pernah mereka hasilkan
sebelumnya. Anak-anak belajar memahami kalimat yang belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Mereka tidak dapat melakukannya dengan menyesuaikan tuturan yang didengar
dengan beberapa kalimat yang ada dalam pikiran mereka. Anak-anak selanjutnya
harus menyusun “aturan” yang membuat mereka dapat menggunakan bahasa secara
kreatif. Tidak ada yang mengajarkan aturan ini. Orang tua tidak lebih menyadari
aturan fonologis, morfologis, sintaksis, dan semantik dari pada anak-anak.
Selain memperoleh aturan tata bahasa (memperoleh kompetensi linguistik),
anak-anak juga belajar pragmatik, yaitu penggunaan bahasa secara sosial dengan
tepat, atau disebut para ahli dengan kemampuan komunikatif. Aturan-aturan ini
termasuk mengucap salam, kata-kata tabu, bentuk panggilan yang sopan, dan
berbagai ragam yang sesuai untuk situasi yang berbeda. Ini dikarenakan sejak
dilahirkan, manusia terlibat dalam dunia sosial sehingga ia harus berhubungan
dengan manusia lainnya. Ini artinya manusia harus menguasai norma-norma sosial
dan budaya yang berlaku dalam masyarakat. Sebagian dari noraia ini tertanam
dalam bahasa sehingga kompetensi seseorang tidak terbatas pada apa yang disebut
pemakaian bahasa (language usage) tetapi juga penggunaan bahasa (language use)
(Dardjowidjojo, 2000:275(dalam, http://laillail.blogspot.com)).
3. .Pemerolehan bahasa pertama erat
sekali kaitannya dengan perkembangan sosial anak dan karenanya juga erat
hubungannya dengan pembentukan identitas sosial. Mempelajari bahasa pertama
merupakan salah satu perkembangan menyeluruh anak menjadi anggota penuh suatu
masyarakat. Bahasa memudahkan anak mengekspresikan gagasan, kemauannya dengan
cara yang benar-benar dapat diterima secara sosial. Bahasa merupakan media yang
dapat digunakan anak untuk memperoleh nilai-nilai budaya, moral, agama, dan nilai-nilai
lain dalam masyarakat. Dalam melangsungkan upaya memperoleh bahasa, anak
dibimbing oleh prinsip atau falsafah ‘jadilah orang lain dengan sedikit
perbedaan’, ataupun ‘dapatkan atau perolehlah suatu identitas sosial dan di
dalamnya, dan kembangkan identitas pribadi Anda sendiri.
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pemerolehan bermakna proses, cara,
perbuatan memperoleh. Kata memperoleh tersebut di dalam KBBI bermakna mencapai
sesuatu dengan usaha. Dengan demikian maka pemerolehan bermakna proses, cara,
perbuatan mencapai sesuatu dengan usaha.
Pemerolehan
bahasa adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap,
menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Pemerolehan
bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji
pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua
yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang dewasa. (http://laillail.blogspot.com)
Jadi, pemerolehan bahasa merupakan
proses manusia mendapat kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan
menggunakan kata untuk pemahaman komunikasi berkenan dengan bahasa pertama.
2.2 Ragam pemerolehan bahasa
Ragam
pemerolehan bahasa dapat ditinjau dari berbagi sudut pandangan, sebagai
berikut:
a. Berdasarkan bentuk:
1. Pemerolehan bahasa
pertama
2. Perolehan bahasa kedua
b. Berdasarkan urutan:
1. Pemerolehan bahasa pertama
2. Pemerolehan bahasa kedua
(Winits, 1981; Stevens, 1984 (dalam, http://thottoloversable.blogspot.com)).
c. Berdasarkan jumlah:
1. Pemerolehan satu bahasa
2. Pemerolehan dua bahasa
(Gracia,1983
(dalam, http://thottoloversable.blogspot.com)).
d. Berdasarkan media:
1. Pemerolehan bahasa lisan
2. Pemerolehan bahasa tulis
(Freedman, 1985
(dalam, http://thottoloversable.blogspot.com)).
e. Berdasarkan keaslian:
1. Pemerolehan bahasa asli
2. Pemerolehan bahasa asing
(Winits, 1981
(dalam, http://thottoloversable.blogspot.com)).
2.3 Siasat
Pemerolehan Bahasa
Berbicara
mengenai pemerolehan bahasa, pertanyaan penting yang muncul, yaitu: mengenai
bagaimanakah caranya seorang anak memeroleh bahasanya? Landasan atau dasar
kognitif terlihat dalam tiga hal :
(a) Perkembangan semantic sang anak
(b) Perkembangan sintaksis permulaan
(c) Penggunaan aktif sang anak aka
sejenis siasat belajar.
(Lindfors
; 1987 :163 (dalam, http://thottoloversable.blogspot.com)).
Berikut
ini kita terakan beberapa cara belajar, bebrapa cara membangun secara kreatif.
(a) Gunakan pemahaman non-linguistik
anda sebagai dasar bagi penetapan atau pemikiran bahasa.
(b) Gunakan apa saja ata segala sesuatu
yang penting, yang menonjol dan menarik hati anda.
(c) Anggaplah
bahwa bahasa dipakai secara “referensial”atau “ekspresif” dan dengan
menggunakan data bahasa.
(d) Amatilah
berbagai caranya orang lain mengekspresikan makna.
(e) Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan
untuk memancing atau memperoleh data yang anda inginkan.
(f) Tirulah
apa yang dikatakan orang lain.
(g) Gunakan beberapa “prinsip operasi”
umum buat memikirkan serta menetapkan bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar