A. PENGANTAR
Secara
ketatabahasaan, bentuk bahasa sehari-hari baik itu lisan maupun tulisan, tanpa kita sadari masih banyak yang belum
dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Masih banyak saja
kesalahan-kesalahan yang muncul dalam sebuah tulisan. Banyak bentuk bahasa
tulisan koran yang menyimpang dari kaidah resmi bahasa Indonesia. Hal itu
disebabkan oleh adanya kerumpangan ejaan bahasanya, penggunaan kata tidak baku
yang tidak sesuai fungsinya. Itu jika ditinjau dari tataran tata bahasa baku
bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, apabila bahasa yang tidak baku tersebut
dipakai dalam forum resmi akan mengalami kesalahan yang fatal.
Masyarakat juga harus dapat menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Baik artinya sesuai dengan konteks dan
benar artinya bahasa yang kita lafalkan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Inilah bentuk kesalahan-kesalahan berbahasa ini terbagi dalam semua aspek
kebahasaan, baik itu aspek fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan bahkan
wacana sekalipun. Koran merupakan salah satu media massa yang menggunakan
bahasa tulis sebagai medianya. Dengan koran, masyarakat dapat mengetahui segala
informasi teraktual dari kejadian-kejadian dalam suatu masyarakat baik yang
bersifat lokal, nasional, maupun mancanegara.
Walaupun bahasa koran dapat dicerna oleh
masyarakat, namun masih banyak kesalahan-kesalahan yang kita dapatkan dalam
bahasa-bahasa koran secara kaidah bahasa Indonesia yang belum baik, baik segi
morfologi, sintaksis, maupun semantik. Kesalahan morfologi berupa kesalahan
dalam bentuk proses pembentukan kata secara gramatikal beserta unsur-unsur
dalam bentuk kata. Kesalahan dalam bentuk sintaksis membicarakan kesalahan pada
komponen-komponen kalimat dan proses pembentukannya. Sedangkan, kesalahan
semantik membicarakan kesalahan dalam ilmu makna atau arti kata dan pergeseran
arti kata.
Oleh karena itu, hal ini sangat menarik
untuk dianalisis. Walaupun pada dasarnya kita harus ketahui bahwa bahasa koran
merupakan bahasa yang diupayakan dapat dikonsumsi oleh seluruh kalangan
masyarakat. Sehingga, bahasa yang digunakan pun tentunya harus melingkupi semua
kalangan yang mengkonsumsi media ini pula. Adapun langkah-langkah yang perlu
kita selesaikan agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam menganalisis
kesalahan berbahasa, yaitu (1) mengumpulkan data atau sampel kesalahan, (2)
mengidentifikasi kesalahan, (3) memperingkat kesalahan, (4) memprediksi
kesalahan.
Untuk pengumpulan sampel dibutuhkan
kegiatan observasi dalam pencarian objek. Adapun yang menjadi objek dalam
penelitian aspek morfologi, sintaksis dan semantik ini adalah wacana dalam
koran.
B. DATA
Berikut
ini adalah data yang didapat dari wacana koran Kabar Sumatera edisi 5 April
2014.
C. ANALISIS
KESALAHAN BERBAHASA ASPEK MORFOLOGI, SINTAKSIS
DAN SEMANTIK
1. Sampel
Adapun
sampel kesalahan yang ditemukan dilihat dari aspek morfologi, sintaksis dan
semantik sesuai data yang ada adalah sebagai berikut.
Pada koran Kabar Sumatera edisi 5 April 2014 (Lurah
Gagalkan Penculikan Tiga Bocah)
1.
set-elah
2.
di depan sementar
edo
3.
di belaknag
4.
in-gin
5.
menggoy-ang
6.
menan-gis
7.
den-gan
8.
bil-angnya
9.
mer-eka
Pada koran Kabar Sumatera edisi 5 April 2014 (Granat
Aktif Sempat Dibawa Ibrahim)
1.
septi tank
2.
belanda
3.
unsur loga
4.
set-elah
5.
detaktor
6.
men-ghubungi
7.
men-gevakuasi
2. Identifikasi
dan Evaluasi Kesalahan
Berdasarkan
sampel kesalahan yang ada, maka kesalahan pada aspek morfologi, sintaksis dan
semantik dapat di identifikasi sebagai berikut.
Koran Kabar Sumatera edisi 5 April 2014 (Lurah Gagalkan Penculikan Tiga Bocah)
No.
|
DAFTAR KESALAHAN
|
ASPEK KESALAHAN
|
CAKUPAN JENIS KESALAHAN
|
PERBAIKAN
|
|
1.
|
set-elah
|
morfologi
|
Kesalahan
penggalan kata (set-elah) harusnya se-telah. Karena se- merupakan prefiks
pembentuk adverbia.
|
se-telah
|
|
2.
|
di
depan sementar Edo.
|
semantik
|
Kesalahan
dalam penulisan kata. Ada penghilangan huruf “a” yang seharusnya sementara.
Sehingga apabila ditulis “sementar” tidak memiliki arti dari kalimat
tersebut.
|
sementara
|
|
3.
|
di
belakang
|
semantik
|
Kesalahan
dalam penulisan kata. Ada pergeseran dalam penulisan. Sehingga apabila
ditulis “dibelaknag” tidak memiliki arti dari kalimat tersebut.
|
di
belakang
|
|
4.
|
in-gin
|
morfologi
|
Kesalahan
dalam penggalan kata ingin (in-gin) harusnya i-ngin. Karena i- merupakan
prefiks pembentuk adverbia.
|
i-ngin
|
|
5.
|
menggoy-ang
|
morfologi
|
Kesalahan
dalam penggalan kata menggoyang (menggoy-ang). Karena meng- merupakan prefiks
pembentuk adverbia.
|
meng-goyang
|
|
6.
|
menan-gis
|
morfologi
|
Kesalahan
dalam penggalan kata menangis (menan-gis) harusnya me-nangis. Karena me-
merupakan prefiks pembentuk kata adverbia, dan huruf “t” dari kata “tangis”,
“t” diluluhkan menjadi nangis ditambah prefiks me- menjadi “menangis”
|
me-nangis
|
|
7.
|
den-gan
|
morfologi
|
Kesalahan
dalam penggalan kata dengan (den-gan) harusnya de-ngan.
|
de-ngan
|
|
8.
|
bil-angnya
|
morfologi
|
Kesalahan
dalam penggalan kata bilangnya (bil-angnya) harusnya bilang-nya, karena –nya
merupakan sufiks yang dituliskan / ditambahkan pada kata dasar untuk
membatasi makna gramatikal.
|
bilang-nya
|
|
9.
|
mer-eka
|
morfologi
|
Kesalahan
penggalan kata mereka (mer-eka) harusnya me-reka
|
me-reka
|
|
Pada
Koran Kabar Sumatera edisi 5 April 2014
(Granat Aktif Sempat Dibawa Ibrahim)
|
|||||
NO.
|
DAFTAR KESALAHAN
|
ASPEK KESALAHAN
|
CAKUPAN JENIS KESALAHAN
|
PERBAIKAN
|
|
1.
|
Septi
tank
|
semantik
|
Kesalahan
dalam penulisan istilah kata, menggunakan bahasa daerah, belum tentu
masyarakat yang membaca mengetahui arti septi
tank. Harusnya ditulis dengan kakus.
|
Kakus
|
|
2.
|
belanda
|
sintaksis
|
Kesalahan
dalam penulisan nama kota. Harusnya ditulis dengan huruf awal kapital.
|
Belanda
|
|
3.
|
Unsur
loga
|
semantik
|
Kesalahan
dalam penulisan kata. Ada penghilangan huruf “m” yang seharusnya logam,
sehingga apabila ditulis “loga” tidak memiliki arti dari kalimat tersebut.
|
Unsur
logam
|
|
4.
|
Set-elah
|
morfologi
|
Kesalahan
penggalan kata setelah (set-elah) harusnya se-telah, karena se- merupakan prefiks pembentuk
adverbia.
|
Se-telah
|
|
5.
|
detaktor
|
semantik
|
Kesalahan
dalam penulisan kata. Ada pergeseran kata yang menyebabkan kata detaktor
tidak memiliki arti.
|
Detektor
|
|
6.
|
Men-ghubungi
|
morfologi
|
Kesalahan
penggalan kata menghubungi (men-ghubungi) harusnya meng-hubungi. Karena meng-
merupakan prefiks pembentuk adverbia, dan –i merupakan sufiks dari kata dasar
hubung.
|
Meng-hubungi
|
|
7.
|
Men-gevakuasi
|
morfologi
|
Kesalahan
penggalan kata mengevakuasi (men-gevakuasi) harusnya meng-evakuasi, karena
meng- merupakan prefiks pembentuk adverbia.
|
Meng-evakuasi
|
|
3. Peringkat
Kesalahan
Berdasarkan
identifikasi kesalahan dari sampel di atas, kita dapat meningkatkan kesalahan
dari tiga aspek kesalahan ini, yakni pada aspek morfologi, sintaksis, dan
semantik. Pada aspek morfologi, kesalahan yang menduduki peringkat tertinggi
yaitu kesalahan pada bidang pemenggalan kata, baik itu dari prefiks ataupun
sufiks nya.
Ditinjau
dari aspek sintaksis dan semantik. Aspek sintaksis, kesalahan pertama diduduki
oleh kesalahan pada bidang keefektifan membuat kalimat, sedangkan aspek
semantik kesalahan pertama dalam penulisan kata. Ada penghilangan dan
pergeseran kata dalam penulisan. Posisi kedua ditempati oleh kesalahan dalam
penulisan istilah kata, yang menggunakan bahasa daerah.
4. Prediksi
Kesalahan
Penggunaan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar sangatlah dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari. Baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Namun, hal itu tidaklah
mudah untuk diaplikasikan, mengingat kita berada dalam kelompok masyarakat
besar, sehingga masih banyak pengaruh-pengaruh yang tidak dapat dihindari baik
itu dari dalam maupun luar.
Pengaruh
bahasa daerah sangat mempunyai potensi memunculkan kesalahan. Kesalahan dalam
berbahasa. Selain itu, kita tidak dapat lari dari pengaruh lingkungan tempat
kita yang sangat banyak berasal dari berbagai macam daerah. Khusus dalam bahasa
tulis, misalnya koran. Kesalahan dalam pengetikan dan pertimbangan bahwa yang akan
mengkonsumsi media koran bukan hanya berasal dari kalangan terpelajar, tetapi
juga dari kalangan masyarakat yang hanya memiliki tingkat penganalisisan yang
rendah. Oleh karena itu, penulis menggunakan diksi yang menurutnya akan mudah
dipahami oleh pembaca.
D. PENUTUP
Dari
hasil analisis kesalahan berbahasa aspek morfologi, sintaksis, dan semantik
yang mengambil data dari koran harian Kabar Sumatera ini, maka dapat
disimpulkan bahwa kesalahan yang terbanyak muncul dalam bahasa koran ini.
Terkhusus pada aspek morfologi, sintaksis, dan semantik dalam suatu kata dan
keefektifan dalam membuat kalimat. Oleh karena itu, perlu diadakan sosialisasi
kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, serta perlu diadakan pelatihan editor, agar dalam mengedit bahasa dalam
koran sebelum diterbitkan dapat menjadi lebih baik
hebat.......naw iam know,,,,,,thanks.
BalasHapus