Rabu, 07 Mei 2014

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA DALAM WACANA KORAN DENGAN ASPEK MORFOLOGI, SINTAKSIS, DAN SEMANTIK DALAM BAHASA KORAN


A. PENGANTAR
            Secara ketatabahasaan, bentuk bahasa sehari-hari baik itu lisan maupun tulisan,  tanpa kita sadari masih banyak yang belum dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Masih banyak saja kesalahan-kesalahan yang muncul dalam sebuah tulisan. Banyak bentuk bahasa tulisan koran yang menyimpang dari kaidah resmi bahasa Indonesia. Hal itu disebabkan oleh adanya kerumpangan ejaan bahasanya, penggunaan kata tidak baku yang tidak sesuai fungsinya. Itu jika ditinjau dari tataran tata bahasa baku bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, apabila bahasa yang tidak baku tersebut dipakai dalam forum resmi akan mengalami kesalahan yang fatal.
Masyarakat juga harus dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Baik artinya sesuai dengan konteks dan benar artinya bahasa yang kita lafalkan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Inilah bentuk kesalahan-kesalahan berbahasa ini terbagi dalam semua aspek kebahasaan, baik itu aspek fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan bahkan wacana sekalipun. Koran merupakan salah satu media massa yang menggunakan bahasa tulis sebagai medianya. Dengan koran, masyarakat dapat mengetahui segala informasi teraktual dari kejadian-kejadian dalam suatu masyarakat baik yang bersifat lokal, nasional, maupun mancanegara.
Walaupun bahasa koran dapat dicerna oleh masyarakat, namun masih banyak kesalahan-kesalahan yang kita dapatkan dalam bahasa-bahasa koran secara kaidah bahasa Indonesia yang belum baik, baik segi morfologi, sintaksis, maupun semantik. Kesalahan morfologi berupa kesalahan dalam bentuk proses pembentukan kata secara gramatikal beserta unsur-unsur dalam bentuk kata. Kesalahan dalam bentuk sintaksis membicarakan kesalahan pada komponen-komponen kalimat dan proses pembentukannya. Sedangkan, kesalahan semantik membicarakan kesalahan dalam ilmu makna atau arti kata dan pergeseran arti kata.
Oleh karena itu, hal ini sangat menarik untuk dianalisis. Walaupun pada dasarnya kita harus ketahui bahwa bahasa koran merupakan bahasa yang diupayakan dapat dikonsumsi oleh seluruh kalangan masyarakat. Sehingga, bahasa yang digunakan pun tentunya harus melingkupi semua kalangan yang mengkonsumsi media ini pula. Adapun langkah-langkah yang perlu kita selesaikan agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam menganalisis kesalahan berbahasa, yaitu (1) mengumpulkan data atau sampel kesalahan, (2) mengidentifikasi kesalahan, (3) memperingkat kesalahan, (4) memprediksi kesalahan.
Untuk pengumpulan sampel dibutuhkan kegiatan observasi dalam pencarian objek. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian aspek morfologi, sintaksis dan semantik ini adalah wacana dalam koran.
B. DATA
            Berikut ini adalah data yang didapat dari wacana koran Kabar Sumatera edisi 5 April 2014.
C. ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA ASPEK MORFOLOGI,             SINTAKSIS DAN SEMANTIK
       1. Sampel
            Adapun sampel kesalahan yang ditemukan dilihat dari aspek morfologi, sintaksis dan semantik sesuai data yang ada adalah sebagai berikut.
Pada koran Kabar Sumatera edisi 5 April 2014 (Lurah Gagalkan Penculikan Tiga Bocah)
1.      set-elah
2.      di depan sementar edo
3.      di belaknag
4.      in-gin
5.      menggoy-ang
6.      menan-gis
7.      den-gan
8.      bil-angnya
9.      mer-eka
Pada koran Kabar Sumatera edisi 5 April 2014 (Granat Aktif Sempat Dibawa Ibrahim)
1.      septi tank
2.      belanda
3.      unsur loga
4.      set-elah
5.      detaktor
6.      men-ghubungi
7.      men-gevakuasi
2. Identifikasi dan Evaluasi Kesalahan
       Berdasarkan sampel kesalahan yang ada, maka kesalahan pada aspek morfologi, sintaksis dan semantik dapat di identifikasi sebagai berikut.
Koran Kabar Sumatera edisi 5 April 2014 (Lurah Gagalkan Penculikan Tiga Bocah)
No.
DAFTAR KESALAHAN
ASPEK KESALAHAN
CAKUPAN JENIS KESALAHAN
PERBAIKAN
1.
set-elah
morfologi
Kesalahan penggalan kata (set-elah) harusnya se-telah. Karena se- merupakan prefiks pembentuk adverbia.
se-telah
2.
di depan sementar Edo.
semantik
Kesalahan dalam penulisan kata. Ada penghilangan huruf “a” yang seharusnya sementara. Sehingga apabila ditulis “sementar” tidak memiliki arti dari kalimat tersebut.
sementara
3.
di belakang
semantik
Kesalahan dalam penulisan kata. Ada pergeseran dalam penulisan. Sehingga apabila ditulis “dibelaknag” tidak memiliki arti dari kalimat tersebut.
di belakang
4.
in-gin
morfologi
Kesalahan dalam penggalan kata ingin (in-gin) harusnya i-ngin. Karena i- merupakan prefiks pembentuk adverbia.
i-ngin
5.
menggoy-ang
morfologi
Kesalahan dalam penggalan kata menggoyang (menggoy-ang). Karena meng- merupakan prefiks pembentuk adverbia.
meng-goyang
6.
menan-gis
morfologi
Kesalahan dalam penggalan kata menangis (menan-gis) harusnya me-nangis. Karena me- merupakan prefiks pembentuk kata adverbia, dan huruf “t” dari kata “tangis”, “t” diluluhkan menjadi nangis ditambah prefiks me- menjadi “menangis”
me-nangis
7.
den-gan
morfologi
Kesalahan dalam penggalan kata dengan (den-gan) harusnya de-ngan.
de-ngan
8.
bil-angnya
morfologi
Kesalahan dalam penggalan kata bilangnya (bil-angnya) harusnya bilang-nya, karena –nya merupakan sufiks yang dituliskan / ditambahkan pada kata dasar untuk membatasi makna gramatikal.
bilang-nya
9.
mer-eka
morfologi
Kesalahan penggalan kata mereka (mer-eka) harusnya me-reka
me-reka
Pada Koran Kabar Sumatera edisi 5 April 2014 (Granat Aktif Sempat Dibawa Ibrahim)
NO.
DAFTAR KESALAHAN
ASPEK KESALAHAN
CAKUPAN JENIS KESALAHAN
PERBAIKAN
1.
Septi tank
semantik
Kesalahan dalam penulisan istilah kata, menggunakan bahasa daerah, belum tentu masyarakat yang membaca mengetahui arti septi tank. Harusnya ditulis dengan kakus.
Kakus
2.
belanda
sintaksis
Kesalahan dalam penulisan nama kota. Harusnya ditulis dengan huruf awal kapital.
Belanda
3.
Unsur loga
semantik
Kesalahan dalam penulisan kata. Ada penghilangan huruf “m” yang seharusnya logam, sehingga apabila ditulis “loga” tidak memiliki arti dari kalimat tersebut.
Unsur logam
4.
Set-elah
morfologi
Kesalahan penggalan kata setelah (set-elah) harusnya se-telah,  karena se- merupakan prefiks pembentuk adverbia.
Se-telah
5.
detaktor
semantik
Kesalahan dalam penulisan kata. Ada pergeseran kata yang menyebabkan kata detaktor tidak memiliki arti.
Detektor
6.
Men-ghubungi
morfologi
Kesalahan penggalan kata menghubungi (men-ghubungi) harusnya meng-hubungi. Karena meng- merupakan prefiks pembentuk adverbia, dan –i merupakan sufiks dari kata dasar hubung.
Meng-hubungi
7.
Men-gevakuasi
morfologi
Kesalahan penggalan kata mengevakuasi (men-gevakuasi) harusnya meng-evakuasi, karena meng- merupakan prefiks pembentuk adverbia.
Meng-evakuasi







3. Peringkat Kesalahan
       Berdasarkan identifikasi kesalahan dari sampel di atas, kita dapat meningkatkan kesalahan dari tiga aspek kesalahan ini, yakni pada aspek morfologi, sintaksis, dan semantik. Pada aspek morfologi, kesalahan yang menduduki peringkat tertinggi yaitu kesalahan pada bidang pemenggalan kata, baik itu dari prefiks ataupun sufiks nya.
       Ditinjau dari aspek sintaksis dan semantik. Aspek sintaksis, kesalahan pertama diduduki oleh kesalahan pada bidang keefektifan membuat kalimat, sedangkan aspek semantik kesalahan pertama dalam penulisan kata. Ada penghilangan dan pergeseran kata dalam penulisan. Posisi kedua ditempati oleh kesalahan dalam penulisan istilah kata, yang menggunakan bahasa daerah.
4. Prediksi Kesalahan
       Penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sangatlah dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Namun, hal itu tidaklah mudah untuk diaplikasikan, mengingat kita berada dalam kelompok masyarakat besar, sehingga masih banyak pengaruh-pengaruh yang tidak dapat dihindari baik itu dari dalam maupun luar.
       Pengaruh bahasa daerah sangat mempunyai potensi memunculkan kesalahan. Kesalahan dalam berbahasa. Selain itu, kita tidak dapat lari dari pengaruh lingkungan tempat kita yang sangat banyak berasal dari berbagai macam daerah. Khusus dalam bahasa tulis, misalnya koran. Kesalahan dalam pengetikan dan pertimbangan bahwa yang akan mengkonsumsi media koran bukan hanya berasal dari kalangan terpelajar, tetapi juga dari kalangan masyarakat yang hanya memiliki tingkat penganalisisan yang rendah. Oleh karena itu, penulis menggunakan diksi yang menurutnya akan mudah dipahami oleh pembaca.
D. PENUTUP
       Dari hasil analisis kesalahan berbahasa aspek morfologi, sintaksis, dan semantik yang mengambil data dari koran harian Kabar Sumatera ini, maka dapat disimpulkan bahwa kesalahan yang terbanyak muncul dalam bahasa koran ini. Terkhusus pada aspek morfologi, sintaksis, dan semantik dalam suatu kata dan keefektifan dalam membuat kalimat. Oleh karena itu, perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta perlu diadakan pelatihan editor, agar dalam mengedit bahasa dalam koran sebelum diterbitkan dapat menjadi lebih baik

1 komentar: