Kata sahabat adalah
sebuah kata yang menandakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, namun demikian
besar arti sebenarnya dari sebuah persahabatan sehingga membuatnya begitu
berarti. Kadang sahabat dapat membuat hari-hari yang kita lalui benar-benar
indah dan memiliki banyak cerita, namun kadang juga sahabat membuat kenangan
terburuk untuk kita sepanjang hidup.
…
Adalah Rhadit dan
Chika, mereka adalah dua anak manusia yang telah bersahabat sejak kecil.
Persahabatan mereka terjalin sejak keduanya TK hingga duduk di bangku kuliah,
mereka berdua selalu bersama dalam keadaan seperti apapun.
Rhadit yang nama aslinya Raden
Rhaditiansyah Prayogi adalah seorang anak tunggal dari pasangan suami-istri
yang kaya raya. Ayahnya seorang pengusaha sukses yang perusahaannya mempunyai
cabang di berbagai kota besar. Sedangkan Ibunya seorang Rektor di salah satu universitas
negeri terkemuka di Jakarta. Oleh karena kesibukan kedua orang tuanya, Rhadit
menjadi anak yang kurang perhatian, dia menjadi nakal dan kurang penurut. Akan
tetapi, ia sangat peduli hanya pada sahabatnya yaitu Chika. Dan hanya Chika
tempatnya berkeluh kesah.
Berbeda dengan Rhadit yang berasal dari
keluarga kaya, Chika hanya berasal dari
keluarga sederhana. Akan tetapi ia lebih bahagia karena mendapat kasih sayang
yang cukup dari kedua orang tuanya.
…
Sebenarnya sudah sejak
lama Chika menaruh hati kepada Rhadit, tepatnya sejak awal mereka memasuki
Sekolah Menengah Atas. Saat itu ketika pertama kali masuk ke SMA, Chika melihat
sesuatu yang beda dari sahabatnya itu, Rhadit yang penampilan biasa dengan
seragam putih birunya acak-acakan dan tidak pernah rapi, hari itu ia terlihat
begitu mempesona dengan seragam barunya yaitu putih abu-abu, Rhadit terlihat
lebih gagah dan lebih cool.
“hah? Ini kamu dit? Beda banget hari
ini?” ucap Chika dengan mengerutkan dahi.
“hahahaha.. ya iyalah, ini aku Raden
Rhaditiansyah Prayogi si ganteng yang kegantengannya tak terkalahkan oleh
siapapun” jawab Rhadit dengan sombongnya sambil mengerlingkan mata kearah
Chika. “Apa lu, terpesona?”
sambungnya lagi.
“idiiih PEDE banget kamu ih” ujar Chika.
Padahal jujur hati Chika berdebar saat
itu. Dan tanpa ia sadari ia telah jatuh cinta pada Rhadit sahabat terbaiknya
itu.
Sejak saat itu Chika
lebih menjaga sikapnya kepada Rhadit, ia ingin terlihat begitu sempurna
dihadapan Rhadit. Chika selalu memberikan perhatian lebih terhadap Rhadit,
perhatian yang lebih dari sekedar atas nama persahabatan melainkan perhatian
kepada seseorang yang di cintai. Rhadit selalu menjadi prioritas utama bagi Chika, tak ada kata tidak bisa untuk
Rhadit jika ia membutuhkan bantuan Chika. Apapun yang Rhadit inginkan pasti
Chika penuhi.
Akan tetapi, sayangnya
Rhadit tidak pernah menyadari perasaan Chika, dia menganggap sikap yang
ditunjukkan Chika padanya itu hal yang wajar. Chika pun tidak pernah
menyampaikan perasaan cintanya pada Rhadit, ia takut ketika ia menyampaikan
perasaannya itu malah akan membuat persahabatan yang mereka jalin selama ini
rusak.
Chika pun hanya menuliskan isi hatinya
di buku hariannya.
…
Suatu hari terjadi
pertengkaran hebat antara kedua orang tua Rhadit, mereka saling menyalahkan
karena terlalu sibuk, sehingga tidak pernah dirumah dan tidak pernah mengurus
rumah tangga bahkan anak sendiripun seakan ditelantarkan.
“Mama tuh ibu seperti apa yang tidak
pernah ada dirumah? Tidak seperti istri lain yang kalau suami pulang kerja
disambut dengan baik. Tapi mama apa? Papa pulang kerumah capek-capek bukan
disambut malah dia pun gak ada dirumah” ucap Papa Rhadit kesal.
“Mama tuh juga kerja Pa, Mama banyak
urusan dikampus.” Jawab Mama
“Tapi mama gak lupa kalau mama tu
seorang istri sekaligus ibu rumah tangga kan?” ucap Papa dengan nada tinggi.
“Papa gak usah sok nyalahin Mama aja ya,
apa Papa juga lupa sama tugas papa dirumah. Papa bisa nuduh mama kayak gitu,
sedangkan papa sendiri gak sadar kalau papa aja gak pernah ada dirumah.” Ucap
mama Rhadit tak kalah tinggi dengan nada bicara papa.
Rhadit mendengar pertengkaran itu, Rhadit marah, ia
berontak. Seharusnya dialah orang yang paling pantas untuk protes atas hal ini.
“Mama sama Papa itu sama, gak usah
saling nyalahin orang lain, intropeksi diri. Rhadit capek kayak gini, Rhadit
mending pergi dari sini dari pada tiap hari dengar Mama sama Papa ribut terus.”
Ujar Rhadit.
Akhirnya Rhadit pergi dari rumah dengan
mengendarai mobil dengan hati yang kesal. Ia marah, emosinya tinggi, dia sudah
tidak memperdulikan lagi ketika Mama berteriak memanggilnya.
…
Sudah hampir seminggu Rhadit
tidak pulang kerumah setelah kejadian pertengkaran kedua orang tuanya itu.
Kemudian Mama Rhadit menelpon Chika dan memintanya untuk menemui Rhadit dan
mengajaknya pulang.
“Halo, bener ini Chika?” ucap Mama Rhadit
dari telepon.
“iya bener ini Chika. Siapa ya?” jawab
Chika
“Ini Mama nya Rhadit Chika”. Ujar Mama
“Oh.. iya tante ada apa ya?” Tanya
Chika.
“Gini Chika, Rhadit udah hampir seminggu
ini gak pulang kerumah. Kira-kira kamu tau gak ya dia dimana?” jawab Mama Rhadit
“gak tau juga tante, memang udah
seminggu ini aku gak ngeliat Rhadit tante.” Ucap Chika
“kamu bisa tolong tante gak nyariin
keberadaan Rhadit.” Pinta Mama Rhadit
“iya tante Chika usahain buat cari Rhadit.”
Ucap Chika.
…
Setelah itu dengan
segera Chika mencari Rhadit. Dan Chika mendapati Rhadit sedang berada di Discotik.
Rhadit mabuk berat. Mengetahui keadaan Rhadit yang seperti itu, Chika pun
menegur Rhadit. Akan tetapi Rhadit malah marah pada Chika dan mengeluarkan
kata-kata kasar.
“Siapa loe? Sok ngatur hidup gue, orang
tua gue aja gak pernah ngelarang, bahkan peduli aja enggak. Pergi loe !” ujar
Rhadit sambil mendorong Chika.
“Rhadit aku tuh peduli sama kamu, aku
enggak mau ngeliat kamu kayak gini, aku ngak mau hidup kamu rusak kayak gini.”
Jawab Chika sambil menangis.
“Ah terserah loe, pulang sana. Gue sama
sekali gak butuh apapun, termasuk loe.” Gerutu Rhadit.
Akhirnya Chika pulang dengan hati yang
sakit. Dia menangis sepanjang jalan. Chika sama sekali tidak menyangka sahabat
sekaligus orang yang sangat dicintainya itu bisa berbuat sekasar itu padanya.
Saat sedang berjalan pulang itu pikiran
Chika melayang tak tentu arah. Dia tidak
memperhatikan kendaraan yang lalu lalang dihadapannya.
Dan setelah itu, Praaaakkkkkkkkkkgggggr.
. . sebuah truk menabraknya dan menyebabkan tubuhnya terpental disisi jalan.
Kondisinya parah dan ia segera dilarikan ke Rumah Sakit terdekat oleh
orang-orang yang berada disekitar tempat kejadian.
Chika dalam keadaan yang sangat
memprihatinkan, ia tidak sadarkan diri. Kepalanya mengalami gegar otak, tangan
kirinya dipasang infuse, banyak bagian tubuhnya yang dibungkus plaster untuk
menutupi lukanya.
Seminggu lebih Chika dirawat di Rumah
Sakit, akan tetapi tidak ada perubahan dari keadaan Chika. Dia masih koma.
…
Rhadit tidak mengetahui keadaan Chika.
Rhadit mulai merasa kehilangan sosok Chika.
Tak pernah lagi dilihatnya sahabatnya itu. Berkali-kali ia menghubungi Chika
tetapi tidak bisa terhubung. Dia bertanya kesana sini, kepada siapa saja yang
mengetahui keadaan sahabatnya itu, tapi hasilnya nihil. Tidak didapatkannya
informasi sedikitpun.
Disaat hati Rhadit yang sedang galau,
akhirnya ada seorang yang menelponnya. Dialah ibu Chika yang memberitahukan
keadaan Chika yang sedang tidak sadarkan diri sejak seminggu yang lalu.
Mengetahui hal itu Rhadit dengan segera
berangkat ke Rumah Sakit untuk menemui Chika. Sesampainya di Rumah Sakit Rhadit
langsung mencari ruangan Chika. Ia merasa iba melihat sahabatnya yang sedang
terbaring lemah tak berdaya di kasur Rumah Sakit. Ia merasa bersalah karena
dialah penyebab terjadinya kecelakaan itu, Chika kecelakaan setelah pulang dari
discotik ketika menemui Rhadit.
…
Setiap hari Rhadit menemui Chika di
Rumah Sakit, bahkan kadang ia ikut menjaga Chika menggantikan orang tua Chika
jika sudah kelelahan menunggu seharian. Rhadit selalu membawakan Chika bunga, makanan,
bahkan sesekali ia membacakan puisi untuk Chika. Meskipun sama sekali tidak ada
respon dari Chika.
Melihat keadaan itu ibu Chika merasa
senang sekaligus sedih. Akhirnya ia menyerahkan buku harian Chika untuk dibaca
oleh Rhadit.
Rhadit membaca diary Chika, terkejutlah
ia ketika ditemukannya setiap kata dari tulisan itu mengarah kepadanya, setiap
tulisan Chika hanya untuk dirinya, bait-bait cinta yang ditulis Chika khusus
untuk Rhadit.
Rhadit baru menyadari betapa besar cinta
sahabatnya itu untuknya.
…
Pada hari kesepuluh
komanya, Chika menunjukkan ada sedikit perubahan. Jari-jarinya bergerak, dan
matanya membuka perlahan, akan tetapi sayangnya Rhadit tidak berada disana.
Langsung ibu Chika menelpon Rhadit
memberitahukan kabar baik itu, dengan segera Rhadit kembali ke Rumah Sakit.
Sesampainya disana Rhadit langsung
memeluk sahabat sekaligus orang yang sangat dicintainya sekarang, ia begitu merindukan
sosok Chika. Ia menangis bahagia.
“Syukurlah kamu udah bangun Chika, aku
kangen banget sama kamu, kamu tidurnya lama banget sih”. Ucap Rhadit sambil
memeluk Chika dengan erat.
Chika pun tersenyum tipis.
Beberapa saat kemudian Rhadit berbisik
kepada Chika, ia mengatakan bahwa ia begitu mencintai sahabatnya itu.
“Chika aku sayang banget sama kamu, aku
cinta kamu, enggak akan aku biarin kamu pergi dari aku lagi, enggak akan aku
sia-siain kamu lagi”.
Chika hanya bisa diam tanpa bisa berkata
apa-apa. Dan tanpa disadari menetes air dari mata Chika. Ia begitu terharu.
Setelah mengatakan cintanya, Rhadit
menyuruh Chika untuk istirahat. Chikapun memejamkan mata.
Detik berganti menit, menit berganti
jam, 2 jam lebih Chika tertidur dengan pulas. Ketika Rhadit coba untuk
membangunkan Chika, tetapi tidak ada respon. Rhadit langsung cemas, coba
digerak-gerakkannya tubuh Chika tetapi tidak ada lagi denyut nadi.
Chika meninggal.
Rhadit menangis histeris, sahabat
sekaligus wanita yang sangat dicintainya kini tiada lagi. Rhadit terlambat
menyadari cinta Chika.
Setelah Chika tak sadarkan diri dan kini
telah pergi barulah Rhadit menyadari. Belum sempat mereka mereguk manisnya
cinta dalam sebuah status hubungan pacaran.
Akan tetapi meskipun sedih Rhadit
sedikit lega karena sebelum Chika pergi dia sudah sempat menyatakan cintanya,
paling tidak dia pernah membahagiakan Chika dengan cintanya meskipun itu hanya
beberapa jam saja.
Akhirnya Rhadit sadar bahwa Chika
terlalu baik, terlalu banyak orang yang menyayanginya, bahkan Tuhan pun
mencintainya sehingga ia cepat di panggil kesisi-Nya.
Puisi terakhir Rhadit untuk Chika :
Aku
mengenalmu tanpa sengaja
Tanpa
ada harapan lebih
Tanpa
ada harapan untuk imbalan
Aku
menyayangimu dengan hati
Tanpa
ada rasa ragu
Tanpa
ada rasa takut
Aku
mencintaimu dengan cinta
Dengan
kepastian
Dengan
kejelasan
Dan
dengan perasaan
Hingga
aku lupa
Aku
lupa caraku sebelum mengenalmu
Aku
lupa cara melupakanmu
Aku
lupa cara untuk kita berpisah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar