Rabu, 07 Mei 2014

KRITIK SASTRA DRAMA



WEK-WEK
(Dewi Andini 2011112225)
Wek-wek merupakan salah satu judul naskah drama karya Iwan Simatupang. Drama-drama karya Iwan Simatupang selalu mengangkat dunia politik yang dikemas dalam dunia perwayangan Jawa, pengangkatan tokoh-tokoh perwayangan dalam drama dapat mengurangi paradigma masyarakat bahwa wayang dikaitkan dengan ketoprak (drama tradisional) yang selalu dianggap membosankan. Perwayangan yang dikaitkan dengan realitas dunia politik saat ini belum tentu alur yang disajikan itu terdapat dalam drama dapat mengurangi paradigma masyarakat bahwa wayang dikaitkan dengan ketoprak (drama tradisional) yang selalu dianggap membosankan. Perwayangan yang dikaitkan dengan realitas dunia politik saat ini belum tentu alur yang disajikan itu terdapat dalam kisah perwayangan itu sendiri. Oleh karena itu daya kreatif seorang pengarang dan bagaimana dia memandang realitas itu sangatlah penting.
Iwan simatupang dapat menampilkan sisi lain tokoh dalam cerita. Ia melukiskan karakter tokoh dengan seolah pemimpin-pemimpin yang tengah berkuasa di negeri ini, melalui tokoh semar sebagai lurah. Pemerintahan Indonesia tidak akan hancur hingga ada pengalihan kepempinanan, kecuali pada zaman penjajahan. Kritik politik dalam drama wek wek tetap menyinggung masalah pemerintahan Indonesia sejak zaman penjajahan hingga sekarang.
Drama wek wek meskipun alurnya tentang masalah politik dalam suatu pemerintahan, akan tetapi tetap tidak menanggalkan unsur-unsur perwayangan cerita wek wek yang di sajikan Iwan Simatupang. Unsur-unsur tersebut misalkan saja dalam sekelompok bebek yang memperebutkan telur. Hal tersebut membuat cerita perwayangan tersebut makin hidup dan membawa nilai historisnya. Akan tetapi, tak sepenuhnya masalah-masalah yang dimunculkan dalam wek wek tersebut benar adanya, karena dunia perwayangan tak serumit dalam naskah tersebut.
Berdirinya partai-partai untuk merebutkan kekuasaan itu muncul sejak zaman perwayangan. Hanya saja dalam dunia perwayangan biasanya partai-partai itu terselubung, tidak sefulgar seperti pemerintahan saat ini. Apalagi dunia perwayangan atau katakanlah saja dalam sejarah kerajaan-kerajaan Indonesia politik partai terselubung sudah ada untuk mendukung raja yang baru.
Perbedaannya, dalam dunia perwayangan dan kerajaan biasanya tahta itu jatuh kepada keturunan raja nya, sedangkan pada pemerintahan saat ini pemilihan pemimpin saya rasa itu suatu bentuk improvisasi dari luar tersendiri.
Selebihnya, dalam naskah drama wek wek, Iwan dengan lengkap menyajikan adegan demi adegan secara teratur dan detail. Hanya saja jika di pentaskan membutuhkan waktu yang agak panjang juga, namun tetap tidak membosankan karena di dukung oleh sindiran-sindiran dari para lakon.
Pemilihan lakon-lakon tidak menyimpang dari karakter awal mereka, kecuali Petruk yang memang dari awal sudah salah sehingga menimbulkan masalah. Banyaknya karya sastra Iwan yang berbau budaya membuktikan bahwa dia tetap melestarikan budaya.

3 komentar: