“Pagi ini
sangat cerah” (sambil membuka jendela kamar), ujarku dalam hati. Mimpi semalam
membuatku gembira. Aku memimpikan seseorang yang selama ini aku kagumi.
Jam sudah
menunjukkan pukul 05.45. Tidak biasanya aku bangun sepagi ini. Pasti akibat
dari mimpi semalam. Hehehehe….
Aku bergegas
menuju ke kamar mandi, lalu memakai baju dan bergegas sarapan.
“Dendi… ayo
cepat sarapan nanti kamu telat”, Ujar Mama sambil menyiapkan sarapan
kesukaanku, nasi goreng telur dadar.
“Iya maaaa…”
Aku langsung menyantap sepiring nasi goreng telur dadar.
“Ma aku pegi
dlu yah, Assalamualaikum”.
“Hati-hati
Dendi, belajar yang rajin di sekolah ya Nak”.
Tenang aja
ma, anakmu ini pinter kok di sekolah, hihihi… (sambil ngegas motornya lalu
pergi ke sekolah).
Hari ini aku
seperti mendapat semangat yang baru. Semangat untuk segera sampai ke sekolah.
Walaupun hari ini kami lagi class meeting
tetapi Pukul setengah tujuh pagi anak-anak
udah rame berdatangan. Mereka masuk
gerbang dengan kendaraan sendiri-sendiri. Ada yang naik motor gede, motor bebek, matic. Yang naik sepeda juga ada,
termasuk yang jalan kaki juga. Aku
jalan ke gerbang sekolah menunggu pujaan hati.
Rencananya mau ngajak ngobrol macem-macem. Bisa bicara sama dia aja udah seneng
apalagi kalo dapet lebih. hihihihi
Aku memperhatikan wajah mereka
satu persatu dari pintu gerbang.
Mencari wajah cewek hitam manis
berambut panjang dan berponi.
“Aku harus bisa
ungkapin ke dia. Sekarang aku harus bilang ke dia sebelum terlambat. Demi Juwita.” Ujar Dandi.
Ahh… itu dia ujar Dandi. Cewek dengan
gaya yang girly ini memakai seragam kotak-kotak biru. Dia duduk di boncengan
motor cowok. Yang bawa motor memakai
jaket abu-abu parasut pake helm nutupin muka. Dendi dengan
sigap mengenali wajah cewek itu. Tinggal yang bonceng.
“ siapa itu?”
Dendi nyusul
Juwita ke tempat parkir lalu bersembunyi di balik pohon. Di sana aku memperhatikan mereka. Juwita menemani laki-laki pemakai
helm itu. Laki-laki itu melepas helmnya menunjukkan wajah putih dengan senyum lesung pipi. Tubuhnya tinggi gagah. Dia
charming kayak pangeran di negeri dongeng.
“Lana?
Kenapa Lana dan Juwita? Apa hubungan mereka? Aku harus tanya mereka!”
Dendi
kepergok Evan yang sedang ngintip Lana dan Juwita di parkiran.
“Heii…..,
hayo ngapain disini, pake acara sembunyi lagi”.
“stttssssss,
jgn berisik, nanti ketahuan mereka kalo aku sedang ngintip kelakuan mereka
disini”.
Lalu Andre
nimbrung pembicaraan mereka yang lagi sembunyi di balik pohon. Tanpa pikir
panjang Andre menjawab, “Lana itu cowoknya Juwita.”
“ What? Lana cowoknya Juwita? Kok
kalian berdua gak bilang sih?” Ujar Dendi.
“ masak kamu gak tahu? Ke mana aja
sih kamu?” ujar Evan.
“Jadi kalian selama ini udah tahu? Dan kalian selama ini
nggak ngasih tau aku? Kalian sengaja mempermainkan aku gitu? Kalian bener-bener
brengsek!” Dendi langsung pergi menuju
kelas.
“Den, tunggu
den. Jangan ngambek donk”. Evan dan Andre menyusul Dendi ke kelas.
Pagi yang cerah ini mendadak asaku jadi kelabu pekat. Pahit. Rasanya hati ini seperti di sambar petir.
Terbakar. Harapan yang telah
ku ukir selama ini seketika hilang entah
kemana.
Cinta yang selama
ini aku pendam dan ingin ku utarakan ini pupus.
Udah ada pemenangnya. Aku tak mungkin
bisa menjadi pemenang untuk merebutkan Juwita.
Lana itu perfect. Cakep, kaya, pinter, macho, populer, gaul, baik lagi.
Dia juga perhatian.
“Sedangkan
aku? Jelek, item, bego, kuper lagi. Mana ada
cewek yang mau sama aku!”
Andre dan
Evan datang menemui Dendi di dalam kelas.
“Den,
kita mau minta maaf. Kita gak ngasih tau bukan mau negbohongi kamu. Kita enggak mau kamu kecewa, harapan kamu pupus,. Sementara kamu lagi menikmati
rasa indahnya jatuh cinta. Setidaknya kamu jadi happy.”
Kata Andre.
“Tapi
dengan kayak gini bikin lebih
sakit!” bantah Dendi.” Nyesel aku udah bela-belain tiap minggu ke rumahnya, mikirin dia,
kangen dia, berhrapa lebih kalo
akhirnya aku kecewa dengan harapan sendiri.”
“Tenang
aja, bro. Masih ada banyak cewek cantik lain di sekolah ini.” Hibur Evan.
“Lagian
kamu si Den kuper amat sih!, Sama temen
sendiri gak tau, apalagi kalo mereka jadian!”
celetuk Andre.
“ sstssssss!”
desis Evan.
“gak papa,Den. Sabar aja. Selagi
janur kuning belum melengkung., pasti
masih ada harapan kok. Masih banyak juga cewek
lain emangnya si Juwita aja apa di dunia ini.”
Evan merangkul Dendi sambil cengegesan. Dendi ikut
tersenyum dengan terpaksa.
“jadi
sekarang gimana?” tanya Dendi .
“ gimana apa maksudnya?” tanya Andre.
“Harapan dan
semua ang aku lakuin selama ini sia-sia.
Sekarang jadi gak berarti lagi.”Aku
Cuma pingin pulang dulu sekarang. Aku pingin tenang dulu. Makasih buat supportnya. Aku duluan
ya”
Dendi
berjalan dengan lunglay, mengingat kejadian di parkiran tadi. Mengingat Lana
dan Juwita. “What, mereka jadian. Ya memang tidak di pungkiri mereka pasangan
yang perfect, cocok. Ahhhh…sudahlah..
Dendi pulang
dengan hati antara hitam dan abu-abu. Kata-kata teman tadi lumayan bikin tenang
dan menghibur. Tapi mikirin Juwita,
Lana, kebersamaan mereka bener-bener bikin sedih, marah,
sebel, semua jadi satu. Tapi tubuh ini cuma lemah tak punya apa-apa. Tak punya
tenaga apa-apa.
Sesampai
dirumah Dendi langsung menuju kamar dan menghempaskan tubuhnya di atas kasur.
“Aku
ingin Juwita jadi pacarku. Dia perfect
sekali. Gak ada yang sama kayak dia. Aku sayang
dia ya tuhan Tapi kenapa dia udah ada yang punya“.
“Aku ingin
Juwita tau, aku cinta dia. Ku ingin dia mencintai Aku seperti Aku mencintai
dia”.
Sambil memutar playlist lagu
Ungu Cinta Dalam Hati, dengan sayup-sayup suara music. Perlahan Dendi
meneteskan air mata.
“Mungkin ini memang jalan takdirku
Mengagumi tanpa di cintai
Tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia
Dengan hidupmu, dengan hidupmu
Telah lama kupendam perasaan itu
Menunggu hatimu menyambut diriku
Tak mengapa bagiku cintaimu pun adalah
Bahagia untukku, bahagia untukku
Ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu
Meski ku tunggu hingga ujung waktuku
Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
Dan ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejab saja”
Mengagumi tanpa di cintai
Tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia
Dengan hidupmu, dengan hidupmu
Telah lama kupendam perasaan itu
Menunggu hatimu menyambut diriku
Tak mengapa bagiku cintaimu pun adalah
Bahagia untukku, bahagia untukku
Ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu
Meski ku tunggu hingga ujung waktuku
Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
Dan ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejab saja”
Lirik lagu itu
mengabur dalam gelap bersama kesadaran yang mulai lenyap.
-Selesai-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar